Sejarah Kemunculan "Learning TOEFL for Free" di Aceh
Wah... Apa kabar para wonderers? Sudah cukup lama kita tak lagi saling sapa.
Rindu? Itu pasti.
Nah... di tahun 2014 ini, ada kejadian seru bin lucu yang menimpa saya.
Iseng-iseng punya nama, kali ini lagi-lagi serius kejadiannya.
Beberapa hari sebelumnya saya melihat kegalauan dan kerisauan yang dirasakan oleh teman-teman sekampus saya di MIPA Matematika, Unsyiah. Pasalnya, mereka mengabarkan bahwa permintaan nilai TOEFL terus meningkat seiring berjalannya waktu. Namun, sayangnya tak ada pelatihan ataupun fasilitas khusus dari pihak Universitas untuk membantu mereka. Lalu saya berinisiatif untuk membuat sebuah kelas pembelajaran TOEFL gratis di kampus tersebut. Mengingat seorang teman yang pernah berceloteh, "kami udah beberapa kali ikot tes TOEFL tapi gak lulus-lulus, kalo ayu enak ngerti TOEFL, kan anak Bahasa Inggris." Mengingat hal itu saya tersadar bahwa masih sangat banyak orang-orang di sekitar kita yang memerlukan dukungan dan bantuan kita. Mungkin benar, selama ini kita terlalu sibuk mengembangkan diri sehingga tidak peka dengan kondisi dan situasi yang sebenarnya.
Ternyata kelas TOEFL dadakan bin modal keilmuan seadanya yang saya dirikan kala itu memancing krisak-krusuk teman-teman lainnya. Hal ini disebabkan karena saya hanya menerima 10 orang peserta didik kala itu sehingga banyak dari teman-teman lainnya menuai protes, walau dengan bahasa halus dan sopan, karen tidak dapat ikut serta belajar.
Kala itu saya kembali tersadar, ternyata yang membutuhkan bantuan sangatlah banyak. Saya tidak mungkin bergerak sendiri. Dalam keadaan penuh dilema itu, tanpa berpikir panjang, maka saya melakukan sebuah kegiatan yang saya anggap biasa-biasa saja namun ternyata berefek diluar kebiasaan.
Kala itu tanggal 12 Januari 2014 yang lalu, melalui sebuah jejaring sosial, saya meng-update status yang isinya seperti ini:
Maksud hati hanya ingin
mengajak beberapa rakan sesama mahasiswa untuk menjadi sukarelawan
mengajar TOEFL untuk beberapa kelas tambahan lainnya. Lingkup kita-kita aja. Ada dua-tiga kelas sudah memadailah, pikir saya saat itu. Setelah meng-update status dan merespon beberapa komentar dari teman, tanpa ada firasat apa-apa dengan santainya saya menutup aplikasi jejaring sosial yang dinamakan facebook. Sudah malam, sudah saatnya istirahat.Namun ternyata, ada satu hal penting yang tidak saya sadari saat itu...... ada jemari yang sedang menari-nari menuliskan kisah perjalanan panjang ini.
Laskar "Pelongo"
Seperti biasa, keesokan paginya, tanpa firasat apa-apa, saya berangkat ke lab. untuk sekedar mencari bahan untuk skripsi saya. Begitulah nasib mahasiswa tingkat akhir. Tak berkelas, tak bertemu teman, tak berdosen, pokoknya serba tak, tak, tak,tak, tak, aku, tak mau, tak, tak, tak, tak, tak, aku, tak mau tak, kutak mau tak (semacam lagu bang Roma Irama). Baiklah, buka itu intinya.
Sesampai di lab, saya meluruskan niat untuk benar-benar mencari bahan kuliah. Seperti yang sama-sama kita ketahui, biasanya yang namanya mahasiswa jika sudah di depan laptop yang ada fasilitas internetnya walau mula-mula niatnya belajar, ujung-ujungnya, browsing hal-hal tidak penting, baca-baca status teman dan sebagainya dan sebagainya, lupa dah niat belajar tadi. Sudahlah, itu merupakan rahasia umum.
Nah, kembali ke kasus tadi. Untuk menghindari diri dari godaan internet yang ter*****, maka dari awal hingga akhir saya sukses untuk tidak tergoda. Namun sesaat sebelum beranjak pulang, tiba-tiba hati saya jadi tidak enak. Saya merasa ada sesuatu yang terjadi dengan status yang saya update tadi malam. Saat saya buka, notifikasi di FB tiba-tiba banyak, tumben! Ah... paling permintaan main game seperti biasa, tebak saya asal. Namun betapa tersangak bin tersanggeng alias ter-pelongo saya melihat sebuah link artikel web iloveAceh dengan judul Gerakan "Learning TOEFL for Free" Muncul di Banda Aceh memampangkan sebuah foto yang sepertinya saya kenal! Apaaaaa??!!??
Kembali "Iseng"
What ? What? What? Apa ini? Siapa yang? Waduh, bagaimana ini? Hanya itu kata yang saya lontarkan dalam hati. Seketika saya kebanjiran komen, like dan re-twit dari teman-teman sejawad yang memberitakan hal ini kepada saya. Panik namun senang. Panik karena artikel ini meluas ketika saya sendiri tak sadar, senang karena ternyata masih banyak sahabat-sahabat yang mau peduli dan berkeinginan untuk berbagi. Maka lagi-lagi tanpa basa basi dan berpikir panjang lebar, dengan spontan dan waktu yang sudah mepet hendak pulang, berhubung udah keroncongan karena ingin makan siang. Tepat pada siang hari tanggal 13 Januari 2014, sebuah fans page Learning TOEFL for Free berhasil saya buat dan langsung mendapatkan respon positif dari teman-teman. Thanks ya!
nice post ayu,
BalasHapusgreat achievment :)
Ayuu... ica juga mau gabung di LTF,
bisa bantu2 dg kemampuan yg g seberapa.. heeee
wuih... keren yu...ganbatte! :)
BalasHapus